Kritik Akal Budi Murni: Kritisisme Pemikiran Immanuel Kant (Filsafat Ilmu Marsigit)

          Oleh: Iqbal Faza Ahmad Sejauh perkembangan pengatahuan manusia tidak bisa dilepaskan dari pengalaman manusia itu sendiri. Indra manusia menangkap kesan yang ditampilkan objek yang berada di sekitarnya. Dari objek-objek tersebut kemudian menghasilkan representasi, sebagian membangkitkan kekuatan pemahaman menjadi aktivitas, membandingkan dan menghubungkan, atau memisahkan. Konversi kesan yang ditangkap indra menjadi sebuah pengetahuan disebut sebagai pengalaman. Kritisisme kant dapat dianggap sebagai suatu usaha besar untuk mendamaikan rasionalisme dengan empirisme. Rasionalisme mendasarkan unsur apriori dalam pengenalan, unsur-unsur yang terlepas dari segala pengalaman. Adapun empirisme menekankan unsur-unsur aposteriori, yang berarti unsur-unsur dari pengalaman (seperti locke yang menganggap rasio sebagai lembaran putih). Menurut Kant, baik rasionalisme maupun empirisme adalah berat sebelah. Immanuel Kant memulai dengan sebuah pertanyaan ...

Ojo melek walang!

Sebuah catatan untuk mereka..

"jangan sampe kalian melek walang !! "
Teriakan  itu itu masih terngiang  di telinganya, sebuah istilah yang masyhur di telinga mereka yang pernah hidup di dunia pesantren. Santri dijuluki melek walang jika secara fisik ia melek (membuka mata) namun nyatanya ia tidak tahu dan tidak mencari tahu apa atau siapa yang dilihatnya itu.
tidak peka~

Komentar